Riwayat Hidup Nur Sutan Iskandar
Nur Sutan Iskandar dilahirkan di Sungaibatang, Maninjau, pada tanggal 3 November 1893. Nama kecilnya adalah Muhamad Nur. Sesuai dengan adat Minangkabau (asal penulis), sesudah menikah ia diberi gelar Sutan Iskandar.
Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah Melayu, Nur Sutan Iskandar diangkat menjadi guru. Selama menjalani profesi tersebut, ia belajar secara otodidak dari buku-buku, terutama mengenai bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Tulisan-tulisannya pun sering dimuat dalam berbagi surat kabar di Padang.
Karir di Balai Pustaka di awali dengna bekerja sebagi korektor, kemudian sebagi redaktur dan redaktur kepala. Atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan, Departemen Sosial menganugerahi tanda kehormatan Perintis Kemerdekaan. Penghargaan di bidang kebudayaan juga diperoleh dengan pemberian tanda kehormatan Satyalencana pada tahun 1961.
Seorang sastrawan yang produktif , Nur Sutan Iskandar mengahasilkan tidak kurang dari 82 judul buku. Karya pertamanya adalah Apa Dayaku Karena Aku Perempuan (1992), disusul karya lain seperti Cinta yang Membawa Maut (1926), Salah Pilih (1928), Abu Nawas (1929), Hulubalang Raja (1934), Katak Hendak Jadi Lembu (1935), Neraka Dunia (1938), Mutiara (1946), dan Turun Ke Desa (1946).
Nur Sutan Iskandar juga menulis bacaan bagi siswa sekolah, diantaranya Ceritera Tiga Ekor Kucing, Pengalamn Masa Kecil, dan Cinta Tanah Air. Selain itu, ia menerjemahkan karya penulis asing, di nataranya karya Alexander Dumas : Tiga Orang Panglima Perang, Dua Puluh Tahun Kemudian, dan Graaf de Monte Cristo. Karya terjemahannya yang lain adanlah Iman dan Pengasih Oleh Sienkiewich dan Cinta dan Mata oleh Rabindranath Tagore .
terima kasih, kak. informasi ini bermanfaat buat saya
ReplyDelete